Arsip Blog

Dampingi Perokok yang Mau Berhenti

JAKARTA, KOMPAS.com — Saat ini sebenarnya ada 70 persen perokok ingin berhenti, tetapi hanya 5-10 persen yang dapat berhenti tanpa bantuan orang lain. “Perokok selalu memiliki banyak alasan untuk mempertahankan kebiasaan merokoknya sekalipun ingin berhenti,” kata dokter spesialis kedokteran jiwa, Tribowo T Ginting, dalam kampanye “Break Free, Semangat Bebaskan Diri dari Jeratan Adiksi Nikotin” di Jakarta, Rabu (26/5/2010).

Karena itu, diperlukan motivasi kuat dari perokok itu sendiri untuk berani berhenti dan motivasi dukungan dari lingkungan sekitar perokok tersebut. Menurut dokter Bowo, untuk menumbuhkan motivasi berhenti merokok dapat dilakukan dengan menceritakan dampak-dampak negatif merokok, baik dari segi kesehatan maupun dampak ekonomi atau sosial.

“Kita harus menceritakan dampak selain kesehatan seperti ekonomi, keluarga, dan harus diulangi terus, hingga perokok ragu merokok,” katanya.

Selain itu, hargailah keputusan perokok untuk berhenti. Luangkanlah waktu bersama perokok untuk mengalihkan perhatian mereka dari rokok, seperti menonton film bersama atau berolahraga. “Keluarga juga dapat membantu mendapatkan apa yang diperlukan untuk mengalihkan, seperti permen atau buah-buahan,” kata dokter Bowo.

Kemudian, yakinkanlah perokok bahwa mereka sanggup mengubah kebiasaan merokok yang membahayakan diri dan lingkungannya itu. Jika perokok dapat berhenti merokok dalam 1-2 minggu, kata dokter Bowo, buatlah perayaan kecil untuk menghargai keberhasilan mereka.

Adapun ketergantungan merokok, menurut dokter Bowo, dipengaruhi berbagai dimensi, seperti adiksi nikotin, kebiasaan, dan pengaruh lingkungan. Selain menggunakan pendekatan agar perokok berhenti, ketergantungan merokok juga dapat dikurangi dengan konseling, terapi perilaku, dan terapi obat.

resource : Yahoo! News

Created by. 피기 사랑해 Nieza

Inilah Tips Membantu Berhenti Merokok

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain motivasi dari diri sendiri, perokok yang mau berhenti juga membutuhkan dukungan lingkungan sekitarnya. Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa Rumah Sakit Persahabatan, dr Tribowo T Ginting, dalam kampanye bebas rokok bertema “Break Free” di Jakarta, Rabu (26/5/2010), setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan dalam mendukung perokok yang ingin berhenti.

1. Bersihkan rumah dari atribut-atribut rokok seperti bungkus rokok, asbak, dan korek. Lalu, ajaklah rekan-rekan sesama perokok untuk tidak merokok di depan perokok yang ingin berhenti.

2. Bersabarlah, khususnya dalam 1-2 minggu pertama. “Kemungkinan akan timbul perselisihan dengan perokok yang sedang berusaha berhenti,” kata dr Bowo.

3. Berikan banyak pujian dan penghargaan kepada yang hendak berhenti merokok. “Hargai keputusan mereka yang ingin berhenti, rayakan kalau dalam 1-2 minggu mereka berhasil,” tambah dr Bowo.

4. Sediakan waktu untuk mendengarkan curahan hati dan perasaan perokok yang berusaha berhenti.

5. Alihkan perhatian perokok dengan menyibukkan mereka seperti mengajak jalan-jalan atau melakukan aktivitas fisik seperti olahraga pada waktu-waktu biasanya dia merokok. “Permen dapat mengalihkan perhatian perokok saat dia enggak tau mau apa, dia makan permen,” tambah dokter spesialis jantung, dr Aulia Sani.

6. Yang terpenting, yakinkanlah perokok bahwa mereka mampu berhenti atau mengurangi kebiasaan mengonsumsi nikotin.

source : Yahoo! News

Created by. 피기 사랑해 Nieza

Bahaya Rokok bagi Si Pasif…

JAKARTA, KOMPAS.com — Risiko perokok pasif terserang kanker paru dan penyakit jantung bertambah 20-30 persen, menurut beberapa studi di Kanada pada tahun 2001.

Hal itu disampaikan dokter spesialis jantung, Aulia Sani, dalam kampanye “Break Free, Semangat Bebaskan Diri dari Jeratan Adiksi Nikotin” di Jakarta, Rabu (26/5/2010).

Dikatakan Aulia, perokok pasif yang rawan terserang kanker paru dan jantung koroner adalah perokok pasif dewasa. Sementara anak-anak akan lebih rentan terserang bronkitis atau infeksi saluran pernapasan lainnya.

“Perokok pasif paling banyak kena penyakit lain, bronkitis, batuk, pilek, anak-anak biasanya. Kalau dewasa nanti kena koroner, hipertensi, dan yang kena semakin muda karena bapak-ibunya perokok,” ujar dr Aulia.

Selain itu, dr Aulia menyampaikan bahwa dewasa ini terjadi perubahan tren di mana wanita muda banyak terserang jantung koroner dibanding pria. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan merokok pada wanita semakin meningkat. “Dan lingkungan mereka juga banyak perokoknya,” tambah dr Aulia.

Bahaya merokok dan asap rokok juga mengancam ibu hamil. Berdasarkan materi yang disampaikan dr Aulia, ibu hamil berisiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah, seperti bayi lahir dengan berat badan rendah, lahir mati, atau cacat lahir. “Karena itu, yang diedukasi bukan cuma pasien berhenti merokok, tapi juga masyarakat,” kata dr Aulia.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar menghindari orang merokok sejak dini. “Tidak ada cara, cuma menghindari orang merokok, dan dibuat kawasan bebas rokok,” imbuhnya.

source : vivanews.com

Created by. 피기 사랑해 Nieza